MASJID AGUNG BANGKALAN

Matahari sudah mulai merangkak naik, mobil yang kami tmpangi sudah berada di atas jembatan Suramadu yang merupakan jembatan penyeberangan dari pulau Jawa ke Pulau Madura. Jembatan ini tidak hanya berfungsi sebagai penyeberangan tetapi juga salah satu objek wisata. Jembatan yang terpanjang di Indonesia dengan 5,4 Km yang terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge) dan jembatan utama (main bridge).
Tujuan utama yaitu makan di RM. Bebek Sinjay yang terkenal itu serta wisata religi ke masjid Agung Bangkalan. Seteleh proses antri yang panjang dengan pelayanan yang unik, kami menikmati bebek goreng yang pasti enak….. Setelah selesai menikmati bebek Sinjay kami lanjutkan perjalanan menuju Manuju Masjid Agung Bangkalan Madura.

Lokasi Masjid Agung Bangkalan berada di Jl. KH. Moh. Kholil, Demangan, Kec. Bangkalan, Kabupaten Bangkalan. Cukup mudah menemui masjid ini karena berada di pusat kota yang bersebelahan dengan alun-alun.

Masjid Agung Bangkalan

Masjid Agung Bangkalan

Sejarah Masjid

Sejarah pembangunan Masjid Agung Bangkalan tidak bisa dipisahkan dari sejarah Madura dan Kota Bangkalan. Bermula dari masa pemerintahan Cakraningrat IV yang melawan kepada Belanda, kemudian ditangkap Belanda dan diasingkan ke Afrika Selatan, pemerintahan digantikan oleh Panembahan Cakraningrat V. Pada Tahun 1747 Panembahan Cakraningrat V memindahkan ibukota kerjaan dari Sembilangan ke Bangkalan. Dalam membangun Ibukota kerajaan tersebut terdapat tiga bangunan utama yang dibangun yaitu Masjid, Kraton dan Paseban.

Masjid ini pertama kali dibangun memang diperuntukan untuk keluarga kerjaan. Baru pada pemerintahan Sultan R. Abd. Kadirun pada 10 April 1819 dibuka untuk umum. Pada saat itu dilakukan pemancangan tiang agung pemugaran dan pelebaran masjid.

Ada sebuah legenda menarik yang disampaikan oleh masyarakat setempat. Waktu perluasan masjid, Sultan memerintahkan untuk mencari kayu empat batang kayu jati untuk dijatikan tiang agung masjid tersebut. Empat kayu jati tersebut harus mempunyai ukuran besar yang sama dan panjang yang sama yang telah ditentukaan. Setelah dikumpulkan ternyata satu kayu tidak mempunyai panjang yang lebih pendek walaupun besarnya sama. Seorang ulama yang juga ahli membuat keris yang bernama Empu Bajraguna memandikan kayu tersebut dan membungkusnya dengan kain putih dan diarak keliling kota. Setelah kain dibuka atas ridho Allah SWT kayu tersebut bertambah tingginya dan digunakan sebaagai tiang utama masjid.

Lalu bagaimana dengan kisah Cakraningrat IV. Sebagaimana disampaikan di atas, Cakranigrat diasingkan ke Afrika Selatan tepatnya di Robben Island. Robben Island terkenal di dunia iinternasional sebagai pulau penjara tahanan politik masa penjajahan Belanda. Di sini terdapat suatu makam yang sangat dihormati, dan pada makam itu tertulis “the grave of Shaikh Mathura, the first man who reading the Holy Qur’an in South Africa” (artinya makam Syech Madura, orang pertama yang membaca ayat suci Al-Qur’an di Afrika Selatan). Makam tersebut yaitu makam Cakranigrat IV. Beliau telah melanjutkan perjuangan dalam mengakkan agama Islam walaupun dalam pengasingan. Beliaulah yang pertama kali membacakan dan mengenalkan Al Quran di Afrika Selatan.

Cakraningrat mendapat penghargaan dari pemerintah Afrika Selatan dan sampai sekarang makam tersebut dipelihara dengan baik dan menjadi tujuan wisata religi dan sejarah.

Tokoh pembebasan Afrika Selatan Nelson Mandela pernah mendekam dalam dinginnya penjara di suatu pulau yaitu 
Robben Island. Di hari pembebasannya, Nelson mandela menyempatkan diri mampir ke makam tersebut dan berujar “Apalah artinya saya dipenjara di pulau ini selama 29 tahun, dibanding orang ini", sambil menunjuk ke kubur keramat itu. “Orang ini, saya tidak tahu dari mana asalnya. "Nampaknya dia seorang pejuang di negerinya sehingga dia begitu dihormati, dipenjarakan penjajah sampai dia mati di pulau ini. Dia tak pernah pulang ke negerinya”, lanjut Mandela. Sebuah ungkapan jujur dari pejuang Pembebasan Afrika Selatan itu, sebagai pengakuan bahwa sosok yang bermakam disana turut memberikan semangat padanya untuk tetap bertahan dalam perjuangannya.

Arsitektur

Masjid Agung Bangkalan sudah beberapa kali mengalami renovasi. Namun demikian masih terlihat bentuk asli bangunan tersebut. Bangunan berbentuk persegi dengan atap limas bersusun/tumpeng dua tumpukan yang mengerucut ke satu titik pada bagian puncaknya. Bangunan ini mempunyai tambahan dibagian sisinya berupa serambi.

Masjid Agung Bangkalan

Pada bagian interior setelah melewati serambi terlihat keindahan interior dengan dominasi kayu dan ukiran. Terdapat empat pilar utama dan duabelas pilar pendukung yang menopang struktur bangunan bagian atas. Pada setiap pilar dihiasin oleh ornament ukiran yang penuh mulai dari bawah sampai ke atas. Susunan struktur bangunan atasnya semua terbuat dari kayu. Begitu juga dengan plafon yang terbuat dari kayu. Bangunan utama ini tidak dicat dan kelihatan alami dengan dominasi warna khas kayu coklat kemerahan. Di samping itu pada dinding bagian dalam, sekelilingnya dihiasi dengan kaligrafi dengan warna emas dan dasar hijau.

Empat pilar utama dan duabelas pilar pendukung yang menopang struktur bangunan

Pilar-pilar yang dihiasan dengan ukiran, dengan warna alami kayu 

Pintu dan jendela pada bagian atasnya berbentuk lengkung setengah lingkaran sebagaimana masjid-masjid pada umumnya yang bercirikan Timur Tengah. Terdapat Sembilan pintu yaitu dikiri, kanan dan belakang masing-masing tiga pintu yang berukuran besar. Jendela terletak di bagian atas dinding yaitu sebelah kiri, kanan dan depan masing-masing berjumlah lima belas jendela. 

Suasana interior yang sejuk, tenang dan sakral

Dengan banyak pintu dan jendela membawa sirkulasi udara dibuat sangat baik. Walaupun tidak menggunakan pendingin udara, berada di dalam masjid terasa sangat sejuk. Begitu juga dengan pencahayaan, dengan bentuk bangunan yang tinggi serta dengan banyaknya bukaan tidak dibutuhkan lampu penerangan kalau siang hari.

Mihrab dan podium berbentuk ukiran dilengkapai dengan kaligrafi


Mihrab berbentuk ruang yang pada atasnya setengah lingkaran dengan hiasan ukiran khas Islam

Mighrab tempat memimpin sholat berbentuk dua ruang yang pada atasnya berbetuk setengah lingkaran yang dihiasi oleh ukiran khas Islam. Pada ruang pertama tempat imam memimpin sholat dan ruang sebelahnya terdapat mimbar untuk khatib menyampaikan kutbah. Mimbar ini berupa ukiran Jawa berwarna emas dan sebuah tulisan arab berlafas Allah di bagian atasnya.

Sistem pencahayaan pada malam hari terdapat lampu hias besar pada bagian tengah masjid. Pada setiap tiang juga terdapat lampu-lampu hias. Di samping itu terdapat juga beberapa kipas angina untuk penyejuk udara.

Bagian serambi ini bentuknya sudah mengadopsi bentuk bangunan saat ini dan terbuat dengan gaya eropa dan turki

Beduk besar yang terletak di Serambi

Dua menara yang tinggi dengan bagian atas berbentuk lancip

Pada bagian serambi ini bentuknya sudah mengadopsi bentuk bangunan saat ini dan terbuat dengan gaya eropa dan turki. Sedangkan untuk ruangan utama pada bagian dalam masih terlihat bentuk asli bangunan. Untuk mencapai ruang utama melalu anak tangga. Di serambi masjid terdapat bedug yang sangat besar.

Pada bagian luar terdapat dua menara yang menjulang tinggi dan bagian atasnya berbetuk lancip. Sekitar sepertengah tinggi dan pada bagian atas terdapat ruangan yang dapat digunakan untuk melihat sekeliling kota. Kedua Menara ini terpisah dari bangunan utama masjid.
Tempat wudhu dan MCK untuk jemah laki-aki berada di sebelah kiri bangunan dan tempat wudhu perepuan berada di sebelah kanan. Tempat wudhu ini bersih dengan air yang banyak.

Di sebelah kiri masjid terletak tempat wudlu dan MCK untuk putra sedangkan di sebelah kanan tempat wudlu dan MCK diperuntukkan untuk kaum wanita., Di dalam masjid pun bangunan sangat artistik menambah kekhususkan setiap orang yang melaksanakan sholat.

Di belakang masjid ini terdapat komplek pemakaman keluarga kraton Bangkalan termasuk makam dari Raden Maulana Abdul Kadir, salah seorang Raja Kerajaan Bangkalan yang dikenal trengginas di medan tempur itu wafat pada hari Kamis Legi 11 Safar 1775 Rahun Jawa, atau identik dengan tanggal 28 Januari 1847 Masehi. Jasad beliau disemayamkan di sebuah cungkup ukuran besar dengan konstruksi dan seni arsitektur bangunan bernuansa perpaduan Eropa (Belanda) dan Islam. Beliau adalah Sultan yang membangun masjid ini pertama kali menjadi masjid untuk masyarakat umum.

Komplek pemakaman keluarga kraton Bangkalan

Silsilah keluarga kraton

Pemakaman keluarga kraton



Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah Wallahuakbar
Astaghfirullah hal adzim
Maha suci bagi Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada satu Tuhan pun yang disembah kecuali Allah, dan Allah maha besar. Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung

Madura, 4 Juli 2017

Lihat tulisan sebelumnya:


Komentar