MASJID UMMIL QURA MANINJAU


Letak



Alhamdulillah… salah satu masjid yang kami kunjungi saat pulang kampong lebaran tahun 2017 adalah Masjid Ummil Qura. Setelah menuruni Kelok 44 yang indah, sesampai di Maninjau belok ke kanan menyusuri Danau Maninjau terlihat sebuah masjid yang sangat unik. Masjid ini langsung berada di pinggir danau, tepatnya di Desa Bancah Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Agam, Sumatera Barat.


Sejarah Masjid

Dengan waktu yang tersedia waktu kunjungan tidak banyak yang dapat digali tentang sejarah pembangunan masjid ini. Berdasarkan keterangan dari papan nama yang ada, masjid ini dibangun pada tahun 1907. Nama masjid ini sendiri diambil dari bahasa arab yang artinya ibu negeri atau pusat desa. Pemerintah Kabupaten Agam menetapkan masjid Ummil Qura sebagai cagar budaya.




Berdasarkan keterangan yang didapat, masjid ini sudah pernah mengalami renovasi, akan tetapi renovasi yang dilakukan tidak merubah bentuk aslinya. Renovasi hanya berupa perbaikan kecil untuk mempertahankan kondisi bangunan agar tidak rusak.

Arsitektur

Arsitektur pada masjid ini merupakan perpaduan dari berbagai corak, umumnya yaitu arsitektur masjid tua di Indonesia dengan khas Minangkabau dan Persia. Seperti masjid-masjid tua di Indonesia, bentuk atap bersusun berbentuk runcing dan dihiasi dengan ornament-ornamen.

Kalau dilihat dari atas, masjid ini terdiri dari dua bagian. Bagian utama ruang berbentuk persegi dengan atap bersusun empat mengecil ke arah atas. Antara susunan atap terdapat jendela dari kayu untuk ventilasi dan pencahayaan. Pada dua tingkat atap kecil berbentuk seperti payung di atasnya, serta pada bagian atasnya terdapat bulatan-bulatan tusuk sate dengan lambang bulan sabit di pucuk paling atas.


Pada bagian ke arah jalan raya terdapat bangunan persegi enam yang menyatu dengan bangunan utama. Bangunan ini sepertinya sebagai beranda sebelum masuk ke bangunan utama. Bentuk atap mengukuti bangunan dibawahnya yang berbentuk persegi enam dan bersusun empat mengecil ke arah atas. Antara susunan atap terdapat jendela dari kayu untuk ventilasi dan pencahayaan. Pada dua tingkat atap kecil berbentuk seperti payung di atasnya, serta pada bagian atasnya terdapat bulatan-bulatan tusuk sate dengan lambang bulan sabit di pucuk paling atas. Semua atapnya menggunakan bahan seng.

Arsitektur gaya Persia terlihat pada ornament dan bentuk jendela dengan berbentuk lengkung-lengkung ciri khas Timur Tengah. Dinding masjid membentuk lubang-lubang lengkung diantara pilar di sepanjang sisi dindingnya. Lubang-lubang lengkung ini terbuat dari bata dengan sedikit profil mengikuti lengkungan yang ada yang dicat dengan warna hijau muda. Di bawah lengkungan ini terdapat pagar dari bata yang di atasnya dengan pagar besi. Selain itu terdapat pintu yang juga cukup besar untuk masuk ke ruangan utama masjid. Adanya jendela dan pintu yang cukup lebar membuat sirkulasi udara dan pencahayaan cukup bagus.

Di sekililing masjid terdapat teras berbentuk lorong. Teras ini dihiasi dengan lantai keramik dengan ornamen warna tua bergaya klasik, dinding dengan garis-garis dan kombinasi warnanya yang sejuk lunak, serta langit ruangan yang menggunakan kayu plitur penuh.




Di sekeliing masjid terdapat kolam. Pada zaman dahulu kolam ini merupakan tempat wudhu. Namum saat ini digunakan sebagai tempat memelihara ikan.



Malihat interior masjid, terdapat sembilan tiang penyangga, dengan satu tiang berada di tengah-tengah ruangan. Pada bagian atas ditutup oleh papan-papan dengan cat natural.

Sebuah jam besar tampak berdiri di bagian mihrab, dengan petikan ayat dalam huruf Arab pada dinding di atasnya. Mimbar khotbah dengan ornamen berbentuk bulatan-bulatan dan lambang sebuah bintang sabit, berada di tengah depan mihrab. Hari itu adalah Jumat, sehingga Masjid Ummil Qura dipadati oleh jamaah yang akan melaksanakan sholat Jumat.



Pada bagian interior masjid terdapat sembilan tiang penyangga yang terbuat dari beton yang pada bagian atasnya dilapisi kayu. Plafon (langit-langit) ruangan dibuat bertingkat mengikuti bentuk atap yang juga bertingkat. Plafon ini dilapisi kayu dengan warnaa natural.

Dinding sendiri dicat dengan warna hijau muda yang pada bagian profilnya dicat dengan warna hijau tua. Profil-profil tersebut terdapat pada jendela, pintu, mihrab, lengkung-lengkung pada dinding, dinding dan pada lokasi lainnya. Daun pintu dan jendela juga dihiasi dengan ornament ukuiran.

Pada bagian depan dapat dilihat mihrab yang unik. Mihrab dibatasi dengan dinding atas berupa tiga lingkungan dengan dua tiang. Pada bagian tengah terdapat podium/mimbar tempat khotib. Ruangan ini juga dihiasi dengan kaligrafi ayat-ayat suci Al Quran. Salah satu kaligrafi tersebut yaitu berupa petikan Al Quran Surat Al Baqarah ayat 46 yang bila diartikan yaitu "dan mintalah tolong kalian semua dengan melakukan sabar dan shalat, Sesungguhnya shalat adalah hal yang berat (untuk didirikan) kecuali atas orang–orang yang takut (terhadap Allah)".

Tempat wudhu terdapat dibagian samping masjid yang terpisah antara perempuan dan laki-laki. Tempat wudhu ini dengan air yang banyak dan terlihat bersih 

Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah Wallahuakbar
astaghfirullah hal adzim
Maha suci bagi Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada satu Tuhan pun yang disembah kecuali Allah, dan Allah maha besar. Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung


Banjarmasin, 8 Agustus 2018
Lihat tulisan sebelumnya:

1. Seribu Masjid Terapung Banjarmasin 

Komentar