“(Keadaan
mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka mendustakan
ayat-ayat Tuhannya, maka Kami
membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya; karena mereka adalah orang-orang yang
zalim.”
(QS. Al Anfaal, 54).
“Maka
pada hari ini Kami selamatkan jasadmu
agar engkau dapat menjadi pelajaran
bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengindahkan
tanda-tanda (kekuasaan)
Kami”. (QS. Yunus: 92)
Secara geografis, Laut Merah merupakan perairan teluk yang
berhubungan langsung dengan Laut Arab di sisi selatan. Negara-negara yang
memiliki wilayah perairan di sepanjang Laut Merah, antara lain Arab Saudi, Mesir,
Sudan, Eritrea, dan Etiopia, atau yang biasa disebut negara-negara Maghribi.
Sedangkan, di sisi utara terdapat kanal bernama Suez yang menghubungkan Laut
Merah dan Laut Mediterania.
Lebar lautan yang menjadi pembatas wilayah benua Asia dan Afrika ini di lokasi terjauh mencapai jarak 300 km. Sedangkan, panjang satu sisi pesisir Laut Merah mencapai sekitar 1.900 km. Sementara kedalaman lautnya di tempat yang terdalam mencapai 2.500 meter.
Kisah Nabi Musa membelah Laut Merah
tersebut diperkirakan terjadi sekitar 3.500 tahun silam. Dalam Alquran surat
Al-Baqarah ayat 50 disebutkan, "Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut
untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan
pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan." Sejarah ini
diperkuat dengan ditemukannya bangkai kereta kuda dan tulang-belulang manusia
di Laut Merah yang diduga merupakan pasukan dan pengawal Firaun.
Berdasarkan penelitian ilmiah, lokasi penyeberangan Nabi
Musa AS diperkirakan berada di wilayah Nuwaiba, Semenanjung Sinai, Mesir.
Kedalaman maksimum perairan di kawasan ini sekitar 800 meter ke arah Mesir dan
900 meter ke arah Arab. Sedangkan, jarak Nuwaiba di sisi timur Laut Merah
hingga Semenanjung Arab di sisi barat sekitar 1800 meter. Lebar lintasan saat
Nabi Musa menyeberangi Laut Merah diperkirakan mencapai 900 meter.
Berdasarkan data tersebut, bisa dibayangkan berapa besar
energi yang dibutuhkan untuk menyibakkan air laut hingga memiliki lebar
lintasan 900 meter dengan jarak 1800 meter. Apalagi waktu tersibaknya Laut
Merah cukup lama karena Bani Israil yang menyertai Nabi Musa AS menyeberangi
Laut Merah mencapai 600.000 orang.
Menurut perhitungan fisika, jika penyibakan Laut Merah
tersebut berlangsung empat jam saja, maka dibutuhkan tekanan (gaya per satuan luas)
sebesar 2,8 juta newton per meter persegi. Jika dikaitkan dengan kecepatan
angin, akan melebihi kecepatan angin pada saat terjadi badai angin kencang.
Mengacu pada perhitungan yang dilakukan seorang pakar dari Rusia bernama
Volzinger, diperlukan embusan angin dengan kecepatan konstan 30 meter/detik
atau 108 km/jam sepanjang malam untuk menyibakkan air sedalam 800 meter.
Terkait dengan fenomena ini, peneliti Amerika Serikat
mengakui bahwa fenomena Laut Merah terbelah ini memang sangat mungkin terjadi. Dari
hasil simulasi komputer yang mempelajari bagaimana angin mempengaruhi air,
diperlihatkan bahwa angin mampu mendorong air sehingga menyibakan daratan dasar
laut.
Pusat Riset Atmosfir Nasional (NCAR) dan Universitas
Colorado AS menyebutkan, terbelahnya air (laut) dapat dipahami melalui teori
mekanika fluida. Angin menggerakkan air dengan cara yang sesuai dengan
hukum-hukum fisika, yakni menciptakan lorong bagi perjalanan yang aman dengan
air pada kedua sisinya. Dan, itu memungkinan air untuk tiba-tiba menutup
kembali.
Untuk itu, para peneliti tersebut
juga mempelajari bagaimana badai topan di Samudera Pasifik dapat menggerakkan
dan mempengaruhi air samudra yang dalam. Mereka menunjuk satu situs di selatan
Laut Mediterania sebagai tempat penyeberangan dengan model tanah yang
memungkinkan terjadinya air laut membelah.
Model ini memerlukan formasi berbentuk huruf U dari Sungai
Nil dan laguna dangkal di sepanjang garis pantai. Hal ini menunjukkan bahwa
angin dengan kecepatan 63 mil per jam yang berembus selama 12 jam bisa
mendorong air hingga kedalaman 6 kaki (2 meter). Ini menjadi jembatan tanah
sepanjang 3-4 kilometer (2 sampai 2,5 mil) dan luas 5 kilometer (3 mil) hingga
tetap terbuka selama 4 jam.
Berdasarkan hasil riset tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa
laut memang bisa saja membelah memperlihatkan dasar lautnya. Namun soal
kebenaran bahwa laut membelah dengan bantuan angin, jawabnya adalah Wallahu
Alam.
Di Laut Merah ini terdapat sebuah masjid yang menjadi tempat
favorit dikunjungi jamaah, yakni Masjid Terapung. Meskipun dalam sejarah
perkembangan Islam, masjid ini tidak memberikan arti sejarah apapun. Namun
karena lokasinya yang berada di pinggir pantai menyebabkan masjid terlihat
seperti terapung di atas permukaan air laut, sehingga menjadi objek yang
menarik untuk disinggahi.
Konon katanya masjid terapung ini merupakan tanah wakaf
seorang janda kaya raya penduduk di sekitar situ. Setelah kematian almarhum
suaminya, dia mewakafkan kekayaannya untuk membangun masjid ini. Keindahan
masjid terlihat dapat dirasakan dengan duduk di sekitar taman yang menjorok ke
laut. Masjid ini berukuran sekitar 20 x 30 meter. Bagian dalam masjid
dihias dengan banyak tulisan kaligrafi. Para jemaah haji Indonesia yang
refreshing di pantai ini tidak melewatkan untuk beribadah salat di masjid ini.
Kini, di pantai Laut Merah wilayah Jeddah, Arab
Saudi, setiap Kamis dan Jumat malam sering dipenuhi wisatawan untuk berpiknik
sambil pesta barbeque atau sekadar duduk-duduk bercengkerama. Tidak
mengherankan bila di sepanjang pantai juga berderet restoran yang menyajikan
aneka masakan dan taman bermain untuk anak-anak.
Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah Wallahuakbar
astaghfirullah hal adzim
Maha suci bagi Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada satu Tuhan pun yang disembah kecuali Allah, dan Allah maha besar.
Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung
Oktober 2012
Komentar
Posting Komentar