Bismillahirrahmanirrahim
Rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk seluruh alam (Q.S. Ali Imra : 96)
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim dan Ism’ail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang itikaf, orang yang rukuk,dan orang yang sujud.” (Q.S. al-Baqarah :125).
Berbicara tentang sejarah Kota Mekah tidak bisa dilepaskan dari Nabi Ibrahim pada abad ke IX SM. Nabi Ibrahim mengajak keluarganya menuju ke Mekah, lalu atas perintah Allah beliau meninggalkan istrinya, Hajar, bersama anaknya yang masih kecil bernama Ismail di lembah yang kering berbatu tersebut. Sebelum meninggalkan mereka nabi ibrahim berdoa kepada Alloh taala:
Ya rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumahMu yang di hormati. Ya rabb kami yang demikian itu agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rejekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur (Q.S. Ibrahim: 37).
Di depan Ka'bah
Ka'bah dilihat dari lantai dua Tahun 2012
Setelah beberapa tahun Nabi Ibrahim kembali ke Mekah. Beliau melihat lembah tersebut telah berubah, di sana sudah terdapat sumber air, dan ada masyarakat ikut tinggal di sana bersama istri dan anaknya, yakni kabilah Jurhum. Anaknya Ismail sudah beranjak tumbuh dan membaur bersama masyarakat. Mekah pun menjadi tempat orang-orang asing singgah dan cahaya agama muncul di sana.
Setelah itu, Nabi Ibrahim dan Ismail diperintahkan untuk membangun atau mengembalikan keadaan Ka’bah sebagaimana sedia kala. Bangunannya dari batu, tingginya 9 hasta (4,5 m), panjangnya dari arah timur 32 hasta (16 m), dari arah barat 31 hasta (15,5 m), dari arah selatan 20 hasta (10 m) dan dari arah selatan 22 hasta (11m). Pada saat itu Nabi Ibrahim tidak membuat atap untuk Ka'bah, dia membuka dua pintu yang sejajar dengan tanah tanpa ada daun pintu yang menutup, dan membangun di utaranya anjang-anjang yang disebut dengan Hijir, dan malaikat Jibril 'alaihissalam turun dengan Hajar Aswad dan Ibrahim meletakkannya di tempatnya.
Pada masa berikutnya kota ini dipimpin oleh Quraisy yang merupakan kabilah atau suku yang utama di Jazirah Arab karena memiliki hak pemeliharaan terhadap Ka'bah. Suku ini terkenal dalam bidang perdagangan bahkan pada masa itu aktivitas dagang mereka dikenal hingga Damaskus, Palestina dan Afrika. Tokoh sebagai kepala kabilah Quraisy adalah Qussai yang dilanjutkan oleh Abdul Muthalib.
Pada tahun 571, Nabi Muhammad keturunan langsung dari Nabi Ismail serta Qussai, lahir di kota ini dan tumbuh dewasa. Pertama kali menerima wahyu dari Allah namun ajarannya ditolak kaumnya yang saat itu masih berada dalam kegelapan pemikiran (Jahilliyah) sehingga berpindah ke Madinah. Setelah Madinah berkembang, akhirnya nabi Muhammad kembali ke Mekkah dalam misi membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah yang dikenal dengan (Fathul Makkah).
Pada masa selanjutnya Mekkah berada di bawah administrasi Khulafaur Rasydin yang berpusat di Madina serta para Khalifah yang saat itu berkuasa di Damaskus (Dinasti Ummayyah), Bagdad (Dinasti Abbasiyah) dan Turki (Usmaniyah). Kemudian setelah hancurnya sistem kekhalifahan, kota ini disatukan di bawah pemerintahan Arab Saudi oleh Abdul Aziz bin Saud yang kemudian menjadi pelayan bagi kedua kota suci Islam, Mekkah dan Madinah.
Bangunan fisik Kota Mekah selalu mengalami perkembangan. Pembangunan fisik dilakukan seiring dengan perkembangan Jemaah haji dan umrah. Di samping itu juga ada kritikan terhadap pembangunan ini, diantaranya adalah terlalu dekatnya bangunan hotel dan komersial yang menjulang tinggi dengan areal Ka’bah. Tentu saja sewa hotel di sekitar Masjidil Haram sangat mahal. Untuk hotel-hotel yang lebih murah berada tersebar sampai jarak tiga kilometer dari masjidil haram.
Bukit-bukit batu yang ada juga diratakan untuk bangunan atau dibuat terowongan untuk akses jalan. Jaringan jalan dibentuk merupakan pola konsentris radial dengan Masjidil Haram merupakan pusatnya.
Kita berlindung kepada Allah SWT, mudah-mudahan pembangunan Kota Mekah dan Masjidil Haram yang terus dilaksanakan menjauhi kita dari sifat sombong dan takabur. Mudah-mudah kemuliaan Ka’bah sebagai bangunan paling suci, yang merupakan kiblat shalat umat Islam selalu terpelihara sampai akhir zaman.
Berikut ini photo-photo perkembangan Masjidil Haram dahulu, ketika kami disana dan rencana Komplek Masjidil Haram dimasa depan.
Suasan Masjidil Haram zaman dahulu
Rencana pengembangan Masjidil haram masa depan
Rencana Jaringan jalan dengan pola konsentris radial
dengan Masjidil Haram merupakan pusatnya.
Sedikitnya ada tiga belas bagian dari ka’bah sebagaimana gambar berikut ini.
Denah Ka'bah
1. Hajar Aswad
Dari 'Abis bin Robi’ah, ia berkata, 'Aku pernah melihat ‘Umar (bin Al Khottob) mencium hajar Aswad. Lantas ‘Umar berkata, Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu." (HR. Bukhori Muslim).
“Rasulullah SAW mendatangi Hajar Aswad dan menciumnya, kemudian ia meletakkan kedua pipinya (di atas batu) sambil menangis. Kemudian beliau berkata, ‘Di sinilah ditumpahkan banyak air mata.” (HR Hakim).
Hajar aswad adalah batu rubi bundar yang berwarnaa hitam dan berlubang, terletak disudut tenggara Ka’bah atau sebelah kiri Multazam (antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah). Tingginya sekitar 150 centimeter,berada diatas tanah. Batu ini mempunyai lingkaran sekitar 30 centimeter dan garis tengah sekitar 30 centimeter, lebih besar dari lingkaran wajah manusia. Karena itulah orang yang ingin mencium batu ini harus memasukan mukanya ke dalam lubang itu. Kepala yang besar pun dapat dimasukan ke dalam lubang Hajar Aswad.
Hajar aswad terdiri dari delapan keping yang terkumpul dan diikat dengan lingkaran perak. Batu hitam ini sudah licin karena terus menerus dikecup, dicium dan diusap-usap oleh miliaran manusia sejak zaman nabi adam a.s, yaitu jamaah yang datang ke Baitullah, baik untuk haji maupun untuk umrah.
Pada tahun 606 M, ketika Rasulullah berusia 35 tahun, Ka’bah mengalami kebakaran besar sehingga perlu dibangun kembali oleh beliau dan kabilah-kabilah yang terdapat di Mekah ketika itu. Ketika pembangunan itu selesai dan Hajar Aswad akan diletakan kembali ditempatnya, terjadilah perselisihan diantara kabilah-kabilah itu tentang siapa yang paling berhak untuk meletakan batu itu ditempatnya. Melihat keadaan ini Abu Umayyah bin Mughirah dari suku Makzum sebagai orang yang tertua, mengajukan usul bahwa yang berhak untuk meletakan Hajar Aswad ditempatnya adalah orang yang memasuki pintu Safa keesokan harinya.
Ternyata orang itu adalah Muhammad yang saat itu belum menjadi Rasul. Dengan demikian, dialah yang paling berhak meletakan Hajar Aswad ditempatnya. Namun dengan keadilan dan kebijaksanaanya, Muhammad tidak langsung mengangkat Hajar Aswad itu. Beliau melepaskan sorbannya di tengah-tengah anggota kabilah yang ada. Hajar Aswad lalu diletakannya ditengah-tengah sorban itu. Beliau kemudian meminta para ketua kabilah untuk memegang seluruh tepi serban dan secara bersama-sama mengangkat serban sampai ketempat yang dekat dengan tempat diletakannya Hajar Aswad. Muhammad sendiri memegang batu itu lalu meletakannya ditempatnya.
Mencium Hajar Aswad memang sering jadi dambaan jamaah, sebagaimana dengan hadis Nabi berikut:
“Rasulullah SAW mendatangi Hajar Aswad dan menciumnya, kemudian ia meletakkan kedua pipinya (di atas batu) sambil menangis. Kemudian beliau berkata, ‘Di sinilah ditumpahkan banyak air mata.” (HR Hakim).
Hukum mencium Hajar Aswad dapat sunah, mubah, atau haram. Sunah jika dilakukan saat memulai atau ketika tiba di sudut Hajar Aswad pada saat pelaksanaan thawaf. Mubah jika kita datang tiba-tiba ingin mencium Hajar Aswad (di luar thawaf). Haram jika untuk mencium Hajar Aswad kita harus menganiaya orang lain, berdesakkan dan sikut sana sikut sini.
Mengingat beratnya medan mencium batu hitam ini, Rasulullah SAW memberi alternatif lain saat berthawaf sebagaimana sabdanya, “Hai Umar, engkau adalah orang yang kuat, janganlah engkau berdesak-desakkan untuk mendekati Hajar Aswad, lalu engkau menyakiti yang lemah. Jika kamu memperoleh kesempatan maka ciumlah Hajar Aswad, jika tidak, cukup dengan takbir dan terus berjalan.” (HR Asyafie).
Rasulullah SAW bersabda, ‘Hajar Aswad turun dari surga, padahal batu tersebut begitu putih, lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam.” (HR Tirmidzi).
Semoga batu hitam yang dicium oleh jamaah haji mampu membuat hati jamaah menjadi lebih putih. Sebaliknya, sungguh celaka jika gara-gara mencium Hajar Aswad justru hati putih jamaah menjadi hitam karena salah memaknai.
2. Pintu Ka’bah
“Siapa yang masuk ke Baitullah berarti dia masuk ke dalam kebaikan, keluar dari kejahatan, dan dia mendapat ampunan.” (HR Thabrani dari Ibnu Abbas).
Ka'bah menjadi pusat kegiatan jamaah haji saat berada di Tanah Suci. Thawaf berkeliling kubus hitam itu dilakukan untuk memuliakan nama Allah SWT.
Pintu ka’bah terletak di samping Hajar Aswad. Pintu Ka'bah ini dibuat dari bahan emas murni 99 karat dengan total berat mencapai 280 kg. Jarak pintu dari lantai thawaf 2,25 meter. Sedangkan, panjang daun pintu mencapai 3,06 meter dan lebarnya 1,68 meter. Dalam perjalanan sejarahnya, pintu Ka'bah telah berubah-ubah baik bentuk, sendi, maupun bahan bakunya.
Rasulullah pun pernah bersabda, “Siapa yang masuk ke Baitullah berarti dia masuk ke dalam kebaikan, keluar dari kejahatan, dan dia mendapat ampunan.” (HR Thabrani dari Ibnu Abbas). Ketika masuk ke Ka'bah, Rasulullah menjaga adab dengan membaca takbir, tasbih, tahlil, tahmid, doa, dan istighfar.
Saat ini, hampir tak mungkin bagi para jamaah haji biasa untuk memasuki Ka'bah yang pintunya selalu terkunci. Namun, Rasulullah telah memberi contoh. Ketika suatu hari Aisyah RA, istrinya, ingin masuk ke Ka'bah, Rasulullah menyuruhnya shalat di Hijir Ismail. Sang Nabi bersabda, “Jika engkau ingin memasuki Ka'bah, masuklah ke Hijir Ismail karena ia merupakan Baitullah.”
Sabda Rasulullah tersebut bermanfaat untuk memudahkan umat memasuki Ka'bah dan menghindarkan mereka dari berbagai akibat negatif berdesak-desakkan dan berebut untuk masuk ke Ka'bah. Hijir Ismail yang terletak di sebelah utara pun dapat menjadi pilihan karena bagian tersebut dahulu masuk ke pondasi Ka'bah.
3. Mizab (Talang Emas)
Talang air ini dulunya tidak ada karena Ka’bah belum memiliki atap, namun pada saat renovasi Ka’bah yang dilakukan suku Quraisy, bangunan ini diberi atap, hingga memerlukan talang air. Talang air sering diganti dan yang ada sekarang adalah hadiah dari Sultan Abdul Majid Khan Bin Sultan Muhammad Khan dari Konstantinopel pada tahun 1276 H (1859 M) bahannya dilapisi emas seberat 40 kg. Letak talang emas ini persis di depan Hijr Ismail
4. Syazarwan
Syazarwan adalah salah satu bagian dari konstruksi Ka’bah yang letaknya di bagian dasar dinding Ka’bah. Posisinya miring mengitari sisi Ka’bah, yakni sisi timur, barat dan selatan. Sedangkan di sebelah utara Ka’bah tidak ditemukan Syazarwan.
Syazarwan terbuat dari marmer yang tingginya kurang lebih 11 cm dari lantai dasar dan lebarnya kurang lebih 40 cm. Di bagian sebelah utara yaitu di bagian Hijir Ismail, memungkinkan berdiri merapat ke dinding dengan tidak terhalang syarwan.
5. Hijir Ismail
Hijir Ismail adalah lokasi sebelah utara Ka'bah yang dibatasi tembok yang berbentuk setengah lingkaran. Disebut Hijir Ismail, karena dalam sejarahnya Nabi Ibrahim pernah membuat satu tempat berteduh yang terbuat dari pohon arok di samping Ka’bah yang ditempati oleh Ismail dan ibunya Siti Hajjar
Kalau ingin sholat di dalam Ka’bah cukup sholat di Hijir Ismail. Seperti yang pernah diriwayatkan Siti Aisyah, "Aku pernah minta kepada Rasulullah agar diberi izin masuk Ka'bah untuk shalat didalamnya. Lalu, beliau membawa aku ke Hijir Ismail dan bersabda: Shalatlah di sini kalau ingin shalat di dalam Ka'bah karena Hijir Ismail ini termasuk bagian Ka'bah."
Shalat di Hijir Ismail adalah sunah yang berdiri sendiri. Dalam arti tidak ada kaitan dengan tawaf atau umrah atau haji atau ibadah lainnya. Hijir Ismail termasuk tempat mustajab untuk berdoa.
6. Al Mutazam
Multazam menurut bahasa, artinya pasti. Multazam berada antara rukun Hajar Aswad dan pintu Ka’bah yang mulia. Tempat inilah yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai tempat yang paling Mustazab untuk berdo’a dengan sabdanya:
“Multazam adalah tempat berdoa yang mustajab (terkabul), tidak seorang pun hamba Allah yang berdoa di tempat ini tanpa terkabul permintaannya”.
7. Maqom Ibrahim
Maqom Ibrahim adalah tempat Nabi Ibrahim berdiri ketika membangun Ka’bah bersama anaknya, Nabi Ismail. Maqom Ibrahim berupa sebuah prasasti di depan ka'bah yang berbentuk kotak dengan dua lubang di atasnya.
Maqam Ibrahim dihormati dengan melakukan shalat sunah di belakangnya. Saat musim haji, tentu bukan perkara mudah untuk bisa shalat sunah tepat di belakang Maqam Ibrahim. Selain dijaga petugas, ada larangan terhadap jamaah agar tidak berdoa di depan Maqam Ibrahim.
Alasannya, berdoa di depan Maqam Ibrahim dikhawatirkan mengandung penyembahan dan penghormatan yang berlebihan pada prasasti tersebut. Tidak heran kalau petugas di sana selalu menghalau jamaah yang terlihat berdoa di depan Maqam Ibrahim. Petugas biasanya memberi peringatan jika Maqam Ibrahim hanya sebatas untuk dilihat, bukan untuk disembah.
8. Rukun Aswad
Rukun yang dimaksudkan di sini adalah rukun yang arti harfiahnya “Sudut atau Pojok”. Dalam pengertian keempat sudut ka’bah ini diberi nama Rukun Aswad, Rukun Iraqi, Rukun Yamani, dan Rukun Syami. Rukun Aswad yaitu hajar aswad.
9. Rukun Yamani
Letak Rukun Yamani sejajar dengan Hajar Aswad, dan merupakan salah satu sudut Ka'bah yang menghadap ke arah Yaman. Rukun Yamani ini berada diatas Pondasi Ka'bah yang pernah ditinggikan kembali oleh Ibrahim AS.
Sudut ini mempunyai keistimewaan ketika dalam tawaf, karena disunatkan untuk mengusap dengan tangan kanan dan berdoa karena tempat ini adalah salah satu tempat dikabulkan do’a. Kalau tidak bisa cukup dengan melambaikan tangan kanan ke arah Rukun Yamani seraya mengucapkan “Bismillah Allahu Akbar”.
Dalam tawaf, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw ketika berada di antara Rukun Yamani dan Rukun Aswad dan membaca do’a :
“Robbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanatan wa fil-aakhirati hasanatan waqinaa 'adzaaban-naar, Wa adkhilnal-jannata ma'al-abraar, yaa 'aziiz yaa ghoffaar yaa robbal-'aalamiin.
"Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan hindarkanlah kami dari siksa neraka" "Dan masukkanlah kami ke dalam surga bersama orang-orang yang berbuat baik, wahai Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Pengampun dan Tuhan yang menguasai seluruh alam".
10. Rukun Syam
Rukun Syami merupakan sudut dari kabah yang menghadap ke arah Syam, rukun ini di sebut pula dengak rukun maghribi antara rukun syami dan rukun Iraqi terdapat talang ka’bah berhadapan dengan Hijir.
11. Rukun Iraqi
Rukun Iraqi merupakan sudut yang menghadap ke arah Iraq. Rukun ini dinamakan rukun Syimali karena menghadap utara, diantara rukun Iraqi dan rukun aswad terdapat pintu ka’bah.
12. Kiswah
Kiswah adalah penutup keempat dinding Ka’bah yang tergantung dari atap sampai kaki terbuat dari kelambu sutra hitam, lebar total 658 M². Sedangkan untuk hiasan berupa pintalan emas diperlukan 120 kg emas dan beberapa puluh kg perak. Karena menggunakan bahan baku dari benda-benda yang sangat berharga seperti sutera, emas, maupun perak, biaya pembuatan kiswah ini menjadi sangat mahal sekitar Rp 50 miliar.
Kiswah tiap tahun diganti, dilakukan pada tanggal 9 Djulhijjah ketika para jamaah sedang melaksanakan Wukuf di Padang Arafah. Setelah kiswah diganti, maka kiswah yang lama dipotong-potong menjadi beberapa bagian kecil. Lazimnya oleh pihak kerajaan Arab Saudi potongan kain kiswah ini dibagi-bagikan sebagai suvenir kepada berbagai orang dan para pejabat Muslim asing yang datang berkunjung ke negaranya.
Pada musim haji, Kiswah dilipat setinggi lebih kurang dua meter dari permukaan tanah. Tujuannya yaitu untuk melindungi Kiswah tersebut dari Jemaah yang terlalu bersemangat sampai menarik-narik kain kiswah tersebut. Dari juga Jemaah yang ingin memotong kain kiswah tersebut untuk dijadikan kenangan atau malah ada yang kepercayaaan yang menyesatkan (bid'ah) bahwa potongan kain Kiswah dapat dipergunakan sebagai Jimat karena membawa keberuntungan bagi siapa saja yang memilikinya.
Kiswah ini dihiasi dengan tulisan Al-Qur’an yang disulam secara khusus dengan benang emas. Keindahan khaligrafi tersebut dikelilingi ornamen-ornamen Islam bersulam timbul dari bonang perak yang disepuh dengan emas. Berikut ini ayat-ayat Alquran yang tertera pada Kiswah.
a. Pada sisi Pintu Multazam, ayat-ayat yang tertulis adalah;
1. Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian dan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. (QS Al-Baqarah: 125).
2. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, orang-orang yang itikaf, orang-orang yang ruku’ dan orang-orang yang sujud.” (QS Al-Baqarah : 125)
3. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar- dasar (pondasi) Baitullah beserta Ismail (seraya berdoa), "Ya Tuhan kami terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah :127 )
b. Pada sisi Hijir Ismail, ayat-ayat yang tertulis adalah;
1. (Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barang siapa yang yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah mereka berkata jorok (rafats), berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji (QS Al- Baqarah : 197).
2. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa. Dan bertaqwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat (QS. Al-Baqarah : 197).
3. “Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, maka berzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram.” (QS Al-Baqarah : 198).
4. “Dan berzikirlah (dengan menyebut) kepada-Nya sebagimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu (QS Al-Baqarah : 198).
5. Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohon ampunanlah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS Al-Baqarah :198-199).
c. Pada sisi belakang Pintu Ka'bah, ayat- ayat yang tertulis adalah;
1. Dan (ingatlah), ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), "janganlah engkau menyekutukan Aku dengan apapun dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang thawaf, orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud..” (QS Al-Hajj : 26).
2. Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki atau mengendarai unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS Al-Hajj : 27).
3. Agar mereka menyaksikan berbagai manfa'at untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezki yang Dia berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir (QS Al-Hajj : 29).
4. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) merkea, menyempurnakan nazar-nazar mereka, dan melakukan thawaf di sekeliling rumah tua (Baitullah).” (QS Al-Hajj : 29).
d. Pada sisi antara Hajar Aswad dan Rukun Yamani, ayat-ayat yang tertulis adalah;
1. Katakanlah (Muhammad), "Benarlah (segala yang difirmankan) Allah. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia tidaklah termasuk orang yang musyrik.” (QS Ali Imran : 95).
2. Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang di Bakkah (mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi selurh alam (QS Ali Imran : 96).
3. Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia (QS Ali lmran : 97).
4. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi rang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam (QS Ali Imran : 97).
13. Tempat dimulainya tawaf
Tawaf dimulai dari garis yang sejajar dengan hajar aswad yang ditandai dengan lampu neon yang dipasang di dinding masjid dan berakhir kembali di tempat itu.
Di depan Ka'bah
Depan Ka'bah
Lantai dua Masjidil Haram
Tangga masjidil haram
Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah Wallahuakbar astaghfirullah hal adzim
Maha suci bagi Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada satu Tuhan pun yang disembah kecuali Allah, dan Allah maha besar.
Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung
Disadur dari beberapa sumber
Oktober 2012
Komentar
Posting Komentar