Bismillahirrahmanirrahim
Letak
Letak
Alhamdulillah… salah satu masjid yang kami kunjungi saat pulang kampung lebaran tahun 2017 adalah masjid Rao Rao. Masjid Rao Rao terletak di Nagari Rao Rao, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar Sumetera Barat. Masjid ini persis terletak dipinggir jalan antara Bukitting – Batusangkar.
Masjid Rao Rao
Sejarah Masjid
Masjid Rao Rao pertama kali dibangun pada tahun 1892. Pertama kali dibangun dari masjid adalah tiang di dalam bangunan. Tiang di masjid ini disebut Soko Guru terdiri dari empat buah yang gagah, keempat tiang tersebut menunjukkan jumlah Niniak Mamak yang ada di Nagari Rao-rao yaitu Chaniago, Bendang Mandailing, Koto Piliang, dan Petapang Koto Ampek. Bangunan terbuat dari kayu dengan atap dari ijuk.
Pada tahun 1908 dilakukan renovasi untuk mengganti masjid lama. Salah satu yang diganti yaitu atap Ijuk karena kondisi bangunannya sudah tidak layak. Setelah itu dilakukan renovasi secara bertahap sampai selesai kecuali lantai dengan tahun 1916. Untuk lantai direncanakan dengan menggunakan marmer. Marmer didatangkan dari Italia berrdasarkan sumbangan yang didapat dari negeri jiran Malaysia.
Sejak berdirinya, masjid ini sempat mengalami kerusakan yang cukup berarti akibat gempa, seperti pada tahun 1926 dan terakhir 2009. Namun sejak dibangun, masjid ini belum pernah dipugar secara besar-besaran.
Arsitektur
Di samping masjid terdapat sekolah yang masih dalam area masjid, sekolah tersebut berdiri sejak pertengahan tahun 1920-an diprakarsai Haji Pakiah Salih dengan temannya Haji Ja’far Abdullah dan juga bantuan beberapa ulama nagari. Sekolah tersebut dikenal dengan Diniyyah dan sekolah ini masih eksis sampai 1981.
Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah Wallahuakbar
astaghfirullah hal adzim
Maha suci bagi Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada satu Tuhan pun yang disembah kecuali Allah, dan Allah maha besar.
Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung
23 Juni 2017
Masjid Rao Rao pertama kali dibangun pada tahun 1892. Pertama kali dibangun dari masjid adalah tiang di dalam bangunan. Tiang di masjid ini disebut Soko Guru terdiri dari empat buah yang gagah, keempat tiang tersebut menunjukkan jumlah Niniak Mamak yang ada di Nagari Rao-rao yaitu Chaniago, Bendang Mandailing, Koto Piliang, dan Petapang Koto Ampek. Bangunan terbuat dari kayu dengan atap dari ijuk.
Masjid Rao Rao merupakan cagar budaya yang dilindungi |
Pada tahun 1908 dilakukan renovasi untuk mengganti masjid lama. Salah satu yang diganti yaitu atap Ijuk karena kondisi bangunannya sudah tidak layak. Setelah itu dilakukan renovasi secara bertahap sampai selesai kecuali lantai dengan tahun 1916. Untuk lantai direncanakan dengan menggunakan marmer. Marmer didatangkan dari Italia berrdasarkan sumbangan yang didapat dari negeri jiran Malaysia.
Sejak berdirinya, masjid ini sempat mengalami kerusakan yang cukup berarti akibat gempa, seperti pada tahun 1926 dan terakhir 2009. Namun sejak dibangun, masjid ini belum pernah dipugar secara besar-besaran.
Arsitektur
Arsitektur pada masjid ini merupakan perpaduan dari berbagai corak, umumnya yaitu arsitektur masjid tua di Indonesia dengan khas Minangkabau dan Persia. Seperti masjid-masjid tua di Indonesia, bentuk atap berbentuk runcing dan dihiasi dengan ornament-ornamen. Atap Masjid Rao Rao terdiri empat tingkatan yang sedikit cekung. Pada atap teratas terdapat ruang berbentuk persegi dengan empat atap bergonjong (gonjong empat) mengarah ke empat penjuru mata angin. Pada bagian depan terdapat teras dengan menara yang pada bagian atasnya terdapat ruang berbentuk segi delapan dengan atap bebentuk lengkung seperti kubah.
Masjid ini persis terletak dipinggir jalan antara Bukitting – Batusangkar |
Atap Masjid Rao Rao terdiri empat tingkatan dengan gonjong kas minang di bagian atasnya |
Arsitektur gaya Persia terlihat pada ornament dan bentuk jendela dengan berbentuk lengkung-lengkung ciri khas Timur Tengah yang berjumlah 13 buah. Selain itu terdapat enam buah pintu yang juga cukup besar. Adanya jendela dan pintu yang cukup lebar membuat sirkulasi udara dan pencahayaan cukup bagus.
Arsitektur gaya Persia pada dinding depan |
Jendela dengan berbentuk lengkung-lengkung ciri khas Timur Tengah |
Pada bagian interior masjid terdapat empat tiang yang disebut Soko Guru. Kempat tiang ini menunjukkan jumlah Niniak Mamak yang ada di Nagari Rao-rao yaitu Chaniago, Bendang Mandailing, Koto Piliang, dan Petapang Koto Ampek. Pada bagian depan dapat dilihat mihrab yang unik. Mihrab dibatasi dengan dinding atas berupa tiga lingkungan dengan dua tiang. Pada bagian tengah terdapat podium/mimbar tempat khotib bertangga dengan ornamen berupa pecahan-pecahan kaca keramik.
Mihrab dibatasi dengan dinding atas berupa tiga lingkungan dengan dua tiang |
Terdapat empat tiang yang disebut Soko Guru, jumlah Niniak Mamak yang ada di Nagari Rao-rao |
Podium tempat khotib bertangga dengan ornamen berupa pecahan-pecahan kaca keramik |
Tempat wudhu terdapat dibagian samping masjid yang terpisah antara perempuan dan laki-laki. Bentuk atapnya khas Minangkabau dengan gonjong. Pada bagian tengah terdapat kolam ikan.
Tempat wudhu |
Di samping masjid terdapat sekolah yang masih dalam area masjid, sekolah tersebut berdiri sejak pertengahan tahun 1920-an diprakarsai Haji Pakiah Salih dengan temannya Haji Ja’far Abdullah dan juga bantuan beberapa ulama nagari. Sekolah tersebut dikenal dengan Diniyyah dan sekolah ini masih eksis sampai 1981.
Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah Wallahuakbar
astaghfirullah hal adzim
Maha suci bagi Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada satu Tuhan pun yang disembah kecuali Allah, dan Allah maha besar.
Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung
23 Juni 2017
Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah Wallahuakbar
BalasHapusastaghfirullah hal adzim
Alhamdulillah
BalasHapusSubhanallah.... masjid tua yang terjaga keasliannya dan masih berdiri dengan megah... Alhamdulillah
BalasHapusTerimakasih
Hapus